• Kam. Okt 9th, 2025

Starlink Resmi Masuk Indonesia, Kini Siapkan Teknologi Internet Langsung ke Ponsel

ByImam Prasetyo

Sep 17, 2025

Layanan internet satelit milik Elon Musk, Starlink, telah resmi memulai operasinya di Indonesia. Di tengah kehadirannya yang menawarkan alternatif koneksi internet berkecepatan tinggi, perusahaan induknya, SpaceX, juga mengumumkan langkah strategis berikutnya: menyediakan layanan internet yang dapat terhubung langsung ke ponsel pintar pada akhir tahun 2026.

Kehadiran dan Kemampuan Starlink di Indonesia

Sejak resmi beroperasi pada 20 Mei 2024, Starlink menawarkan solusi internet broadband yang mengandalkan konstelasi ribuan satelit di orbit rendah Bumi. Teknologi ini berbeda dari penyedia layanan internet (ISP) lokal yang mayoritas masih menggunakan kabel serat optik. Dengan jangkauan satelit, Starlink mampu menyediakan koneksi di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh infrastruktur darat.

Berdasarkan data dari situs resminya, kecepatan internet yang ditawarkan Starlink berkisar antara 25 hingga 220 Mbps untuk unduhan, dengan kecepatan unggah antara 5 hingga 20 Mbps. Sejumlah pengguna melaporkan bahwa kecepatan yang mereka dapatkan secara konsisten berada di atas 100 Mbps, membuatnya sangat ideal untuk berbagai aktivitas digital seperti streaming video berkualitas tinggi, panggilan video, bermain game online, serta kebutuhan rumah tangga lainnya.

Rincian Biaya Perangkat dan Paket Langganan

Untuk dapat menikmati layanan Starlink, calon pelanggan diwajibkan membeli perangkat keras penerima sinyal atau VSAT (Very Small Aperture Terminal), yang berbentuk antena piringan. Biaya perangkat ini terpisah dari biaya langganan bulanan. Starlink Indonesia menawarkan dua jenis perangkat keras utama:

  • Perangkat Standar: Seharga Rp 7.800.000, ditujukan untuk pengguna di lokasi tetap seperti perumahan atau kantor.

  • Perangkat Kinerja Tinggi Flat: Seharga Rp 43.721.590, dirancang untuk pengguna dengan mobilitas tinggi atau kebutuhan khusus seperti di kapal yang aktif beroperasi di perairan.

Selain perangkat keras, Starlink menyediakan beragam paket bulanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna, mulai dari individu hingga korporasi besar:

  • Paket Residensial (Rumahan): Rp 750.000 per bulan, menawarkan kuota tanpa batas untuk penggunaan keluarga.

  • Paket Jelajah (Roaming): Mulai dari Rp 990.000 per bulan, cocok untuk pengguna nomaden atau yang sering bepergian di darat seperti pengguna karavan.

  • Paket Kapal (Maritim): Mulai dari Rp 4.345.000 per bulan, dirancang untuk kebutuhan maritim dan bisnis yang beroperasi di laut.

  • Paket Lokasi Tetap (Bisnis): Mulai dari Rp 1.100.000 per bulan, ditujukan untuk bisnis dan pengguna dengan permintaan data tinggi yang memerlukan IP publik dan prioritas jaringan.

  • Paket Mobilitas Darat dan Maritim (Prioritas): Mulai dari Rp 4.345.000 per bulan, merupakan layanan premium untuk bisnis dengan mobilitas tinggi yang membutuhkan koneksi paling andal.

Calon pelanggan dapat melakukan pemesanan langsung melalui situs resmi Starlink dengan mengisi alamat layanan dan informasi kontak. Biaya pengiriman perangkat saat ini adalah Rp 345.000 dengan estimasi waktu pengiriman 1-2 minggu.

Visi Masa Depan: Layanan Langsung ke Ponsel Pintar (DTC)

Sementara layanan berbasis VSAT terus berekspansi, SpaceX telah menyiapkan inovasi besar berikutnya. Dalam konferensi World Space Business Week di Paris pada 16 September, Presiden dan COO SpaceX, Gwynne Shotwell, mengumumkan rencana perusahaan untuk mulai menguji coba konektivitas satelit langsung ke ponsel (Direct-to-Cell/DTC) pada akhir tahun 2026.

Langkah ini dimungkinkan setelah SpaceX mengakuisisi hak spektrum khusus dari EchoStar senilai $17 miliar. Akuisisi ini memberikan SpaceX izin untuk menggunakan gelombang udara yang telah disetujui secara global, memungkinkan mereka menawarkan layanan langsung ke operator seluler di seluruh dunia tanpa perlu negosiasi rumit di setiap negara.

“Kami berharap dapat meluncurkan satelit generasi berikutnya untuk layanan direct-to-device dalam dua tahun ke depan, dan semoga dapat melakukan beberapa pengujian pada ponsel di akhir tahun depan,” ujar Shotwell.

Model Bisnis dan Dampaknya bagi Industri Telekomunikasi

Shotwell menekankan bahwa model bisnis Starlink untuk layanan DTC bukanlah untuk bersaing langsung dengan perusahaan telekomunikasi seperti Telkomsel atau Indosat. Sebaliknya, SpaceX akan menjual kapasitas jaringannya secara grosir (wholesale) kepada para operator tersebut.

Dengan demikian, operator seluler dapat memperluas jangkauan sinyal mereka ke daerah-daerah terpencil, pedalaman, atau area blank spot tanpa harus membangun menara Base Transceiver Station (BTS) baru yang memakan biaya besar. Untuk mewujudkan ini, SpaceX juga sedang bekerja sama dengan para produsen chipset agar ponsel pintar generasi mendatang sudah dilengkapi dengan radio yang mampu berkomunikasi langsung dengan satelit Starlink.